Selasa, 23 Agustus 2011

Hidrotubasi - Pengalaman pertamakali bius total

Hope our dream will come true amin..
Tahun 1999 saya pernah mengalamai kecelakaan yang menhgaruskan saya melakukan operasi kecil di rongga mulut saya. Saat itu dokter menawarkan pada saya apakah mau bius total atau lokal. Dengan berbagai pertimbangan antara lain karena ketakutan saya ketika pernah membaca seseorang yang melakukan bius total lalu meninggal, maka saya memutuskan bius lokal. Saya tau semua proses yang di jalankan oleh dr ahli bedah mulut itu.
Tapi kali ini saya takluk pada perintah dokter. Ini pengalaman pertama saya di bius total adalah ketika dokter memutuskan untuk melakukan hidrotubasi.Hmmm...ketika obat bius masuk dalam pembuluh darah saya, rasanya sangat ngilu. Lalu saya terserang kantuk yang sangat dahsyat. Lalu tak ingat apa-apa lagi sampai saya sadar, tapi saya tidak mampu membuka mata. Saya dengan sayup-sayup dokter memeriksa pasien lain di ruangan yang berbeda. Saya dengar ada seorang ibu yang menangis karena entah bayinya kenapa. Ibu itu histeris berteriak: Jangan ambil anak saya dokter...ambil saya saja.. Saya sedih mendengarnya.

Setelah saya bisa bangun meskipun sempoyongan, saya merasa perut saya mulas luar biasa, lalu saya merasa mual, dan akhirnya muntah.
Sampai di rumah saya masih merasa lemas, pengen muntah dan rasa mulas itu bertambah hebat. Saya mengerang kesakitan. Luar biasa sakitnya! Saya berpikir ini baru awal, apalagi saat nanti melahirkan. Pain killer saya minum, suami saya membuatkan teh manis hangat dan membeli beberapa kerat roti sekedar untuk mengisi perut saya yang sudah lebih dari tujuh jam tidak terisi apa-apa.
Namun saya sulit sekali menelan. Saat menelan rasanya mau saya muntahkan. Tapi saya harus mengisi perut karena saya harus minum obat. Akhirnya saya telan dengan susah payah demi hilangnya mulas yang luar biasa ini.

Ini adalah ikhtiar pertama saya untuk mendapat keturunan yang sudah kami dambakan sejak awal kami menikah.
Saya sudah siap semuanya termasuk jika Alloh mengijinkan saya hamil dalam waktu dekat ini, saya rela tidak ikut outing kantor yang katanya ke Jepang. Saya ikhlas,...sangat ikhlas... karena penggantinya jauh lebih berarti buat saya.

Tidak  bisa dibandingkan dengan reward ke Jepang meskipun saya sangat menginginkannya.Saya ikhlas lahir batin. Saya ikhlas demi kehamilan. Semoga Alloh memberikan jalan yang terbaik dan keturunan yang sholeh untuk kami berdua. Mohon dengan sangat ya Alloh.. :) amin!

Sabtu, 20 Agustus 2011

Nrimo, Bego atau Sabar?

Orang-orang ini termasuk dalam kategori judul entries ini.
Lama-lama saya berpikir, saya ini nrimo, bego atau sabar? Selama 5 th ini saya nrimo dikasih penghargaan berapapun, beberapa bulan ini saya sadar bahwa saya bego mengingat diluar reward nya akan lebih besar, detik ini saya mengakui bahwa ini ujian kesabaran saya untuk naik tingkat ke derajat kemuliaan yang lebih tinggi di mata Alloh. Tidak akan ada yang sia-sia di mata Alloh jika kita bersungguh-sungguh untuk melalui ujian yang diberikanNYA.
Namun ini menuntut sebuah keikhlasan. Keikhlasan untuk menerima apa adanya. Keikhlasan untuk menerima perlakuan yang tidak semestinya saya dapat. Ramadhan memang tepat sekali untuk menguji umat manusia, apakah mereka akan sabar dan mampu melewati ujian, atau mereka tergesa-gesa sehingga tidak mampu melewatinya?
Materi berlebih, tidak mampu menolongmu di saat kau mendapatkan ujian kesabaran, selain kau berpegang teguh kepadaNYA. Bersandar padaNYA, menyerahkan diri padaNYA dan berbuat semaksimal mungkin untuk melalui ujian itu.
Saya janji, saya tidak akan pernah menanyakan ini lagi kepada pejabat. Tidak karena itu merendahkan diri saya. Tidak perlu saya mengemis. Orang lain melihat saya berkompeten. Saya mampu. Saya bisa untuk bekerja dengan cinta.
Saya berjanji untuk melaksanakan kewajiban saya, tapi tidak dengan cinta. Karena cinta itu sudah pupus ketika sesuatu hal terjadi dan menyakitkan hati karena kecintaan itu.

Jadi, Nrimo, Bego dan sabar adalah sebuah runutan peristiwa yang tidak bisa terpisah. Itu kesimpulan saya pribadi. Silahkan jika ada yang berpendapat lain.

5 Tahun di Kampus Ungu Episode 2 : Di awali dengan mimpi

2006 akhir- 2007 Awal
Kehidupan di kantor ini sejauh itu sangat saya sukai. Terasa sekali aura kekeluargaan. Kantor ini memang semi formal. Pakaian sehari-hari kami terserah asalkan sopan. Ke atasanpun tidak perlu memanggil pak atau bu. Cukup mbak atau mas. Setiap hari terasa menyenangkan. Meski pekerjaan banyak, saya enjoy karena teman-teman saya.

Ketika istirahat, makan bersama. Setelah istirahat saya mengantuk, saya tidur siang di tempat yang tersembunyi, atau untuk mengusir kantuk saya main game.
Sore-sore saya dan teman-teman rutin nongkrong di foodcourt sekedar minum teh.

Suatu hari, ada email yang sangat menyenangkan! Kantor kami mengadakan outing ke luar negeri! Wow! Saya sangat takjub dengan hal ini. Sebelum ini saya bermimpi, saya pergi ke Greatwall China. Ternyata itu menjadi kenyataan. Thank You Alloh!

Sangat excited kami ber-enam. Kami mulai sibuk membicarakannya. Bagaimana tidak? Ini adalah pengalaman pertama kami pergi keluar negeri. Buat saya, ini adalah pengalaman pertama saya naik pesawat dan pengalaman pertama saya pergi keluar negeri. Efek takjub itu tak mudah hilang, berhari2-hari saya selalu countdown menunggu hari itu tiba.
Ketika kurang beberapa hari, salah satu teman saya jatuh sakit. Ini karena dia memaksakan diri naik turun tangga demi mendapatkan body semlohai menjelang hari pernikahannya. Jadilah dia tidak ikutan berangkat. Kami sesungguhnya sedih, tidak bisa bersama-sama saat itu. Rasanya seperti kehilangan sesuatu yang berharga.

Aha!the Wall in my dream
Hari H nya pun tiba. Berkumpul langsung di bandara pagi-pagi buta, check in, boarding en go! Dengan Cathay Pacific kami pergi ke Beijing. Transit di Singapura dan Hongkong, perjalanan memakan waktu 7 Jam. Malam sekitar jam 22.00 kami akhirnya sampai di kota tujuan.
Saya kembali takjub, inilah negeri yang pernah di ceritakan oleh Dosen Politik Pemerintahan Timur Jauh itu. Kini saya berada di atas tanahnya. Bangunan bersejarah peninggalan dinasti-dinasti di masa silam memukau mata saya.
Kami menjelajah Temple of Heaven, Tian An men Square, Forbidden Palace, Summer Palace, Ming tomb, makan bebek peking, minum teh china, belanja di Ya Xiu market  dan tentu saja Great Wall! Tembok raksasa dalam mimpi saya. Memanjat Great Wall dan memperoleh sertifikat bahwa saya telah memanjat sampai titik tertentu merupakan hal yang sangat membekas dalam benak saya. Berfoto ala putri dan ksatria kerajaan, lalu melihat dan menyentuh salju meski itu hanya sisa-sisa saja.
Sayang kami tidak ber enam. Hanya ber 5 saja menikmati semua ini. Sangat berkesan, ingin rasanya saya berlama-lama disana, lebih dalam mengenal budaya, masyarakat dan bahasanya tentu saja. Namun saya harus kembali ke Jakarta dan berdedikasi untuk perusahaan saya lagi.

2008
Setahun kemudian kalau nggak salah di bulan Mei ada undian dari salah 1 partner perusahaan untuk pergi ke Malaysia. 40 orang. What a wonderful gift! Jalan-jalan keluar negeri seperti mimpi saya dahulu!
Genting dan KL tujuan kami. Tidak begitu istimewa, karena menurut saya memang daripada ke Malaysia lebih baik keliling Indonesia. Genting hihghland, Menara Petronas, apalagi selain itu yg bisa di kunjungi di sana? Satu-satnya  yang membuat saya excited adalah karena saya akan pergi keluar negeri lagi!

Sedikit branding :D
Seminggu kemudian satu kantor kami pergi ke Ho Chi Minh City. Dalam rangka outing kantor. Sama halnya dengan ke Malaysia, saya tidak se excited melihat isi Ho Chi Minh seperti keinginan saya yg menggebu2 di Beijing. Saya hanya takjub, saya pergi keluar negeri lagi dengan gratis! Eksplore Reunion Palace, War Museum, Gereja Kathedrak kuno, Kantor Pos Kuno, Candi, Pasar Ben thanh, Delta sungai Me Khong, makan malam di vietnam river dengan kapal yang di set sebagai restoran dengan lampu yang gemerlap menarik hati dimana didalamnya sudah ada tulisan : Selamat Datang PT Wira Pamungkas Parwira Jakarta, lalu ada pertunjukan dance dan pertunjukan alat musik yg memainkan lagu Bengawan Solo! Betapa budaya kita sebenarnya hebat! Dan yang paling menyenangkan adalah ke Cu chi tunel. Berpetualang ke dalam hutan tempat di mana tentara Vietnam bergerilya melawan Amerika serta tempat pertahanan mereka dari serangan Amerika. Sungguh unik menurut saya tempat ini. Berupa lorong-lorong sempit dengan berbagai ruangan dengan fungsi masing-masing. Ada dapur, ada kamar tidur, ruang keluarga, ruang meeting dan sebagainya. Dengan cara pertahanan mereka yang saya akui sangat cerdik, Amerika mampu di pukul mundur meski mereka tidak mau mengakui kekalahannya sampai sekarang.

Tahun ini pula tahun rizqi saya mulai membaik. Promosi di berikan atas pertimbangan saya mampu menghandle pekerjaan yang di bebankan.
Menangani pergigian dan permulutan di awal-awal membuat saya ingin menyerah.


2009
Tahun ini saya tidak pergi kemanapun.Berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa.

2010-2011
Ini dia si Human! Yg biru itu Cyclon.
SINGAPORE!
Kalau waktu ke Beijing saya hanya transit di Changi, pada Maret 2010 berangkatlah saya ke Singapore, kembali jalan-jalan :D Tidak ada yg istimewa karena hanya city tour dan belanja yg ada. Saya tidak sempat mampir ke musium-musium mereka yg kata teman-teman saya keren.
Tapi saya suka ketika mampir di Universal studio Singapore. Heboh pengen naik semuanya. Tapi terlalu lelah. The Human&Cyclon itu yang buat kaki saya gemeteran begitu sampai ke bawah, the Mummy: rollercoaster yang bikin saya muntah-muntah. The best experience! Karena di Jakarta cuma ada Halilintar-nya Dufan yang buat saya udah biasa saja.
BANGKOK!
Belanjaan gw semua?Oh no!
Mei 2011. Ups! Ini surga belanja di Asia Tenggara. Barang-barang murah dengan kualitas oke banyak di temukan disini. Trip kali ini hanya belanja, belanja dan belanja sampai kaki gempor! Nonton bencong, nonton thaigirl show (merasa berdosa setelah nonton ini, tp ini pengalaman, besok kl di ajak jgn pernah mau!) jalan-jalan gk tentu arah di malam hari..semuanya itu menyenangkan. Bangkok-Pattaya nggak ada yg terlewatkan semua barang2 manis dari benakku. Semua memanggilku untuk kembali suatu hari nanti. :)


Mulai banyak yang berguguran di tahun ini. Mulai banyak orang baru, pemimpin baru. Kondisi baru, lingkungan baru, membuat saya merindukan saat-saat dulu. Ketika semua seperti sangat mencintai pekerjaannya.
Terpikir untuk menyudahi petualangan ini karena banyak hal yang aneh dan banyak hal yg tidak di hargai. Loyalitas hanya di hargai 1x gaji. Dedikasi dipandang sebelah mata. Berprestasi hanya dilihat dari pandai berbicara atau tidak. Semua menyakitkan bagi saya. Tidak pernah saya tersakiti seperti saat ini. Ketika saya merasa semua loyalitas, kerja keras dan dedikasi yang tinggi ini tidak lagi ada harganya lalu apa yg bisa saya lakukan selain memilih pergi?
Semoga mimpi berakhirnya petualangan ini tidak semata-mata hanya mimpi, tapi seperti yang sudah-sudah, mimpi itu akan terwujud. Amin.

Sabtu, 18 Juni 2011

5 tahun di kampus Ungu eps 1


2006, akhir February
Memberanikan diri untuk melangkah keluar dari alam pedesaan dengan udara pantai dan sawah yang akrab denganku menuju kota terbesar di negara ini. JAKARTA.
Panggilan kerja melalui tante saya sebenarnya meragukan saya. Ketika tengah terbaring di rumah sakit, saya menerima telepon dari tante saya yang tinggal dan bekerja di Jakarta. "Kamu mau kerja di Jakarta nggak?" Saya minta waktu saat itu karena saya masih terkapar di rumah sakit karena kecelakaan sepeda motor. Dorongan orang tua dan pikiran saya tidak mau menganggur, dengan enggan saya melaju ke Jakarta menggunakan kereta api Sawunggalih. Orang tua saya membelikan tiket di gerbong eksekutif karena tidak mau anak perempuan satu-satunya mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan selama di perjalanan dan menyurutkan niat untuk mengadu nasib ke Jakarta.

Pertamakali masuk kerja. Sejujurnya saya tidak mengerti perusahaan ini seperti apa. Yang saya tahu hanya satu kata : Perusahaan Periklanan. Tidak pernah terbayangkan dalam benak saya untuk terjun dalam dunia ini. Dulu waktu SD Saya sangat terobsesi dengan Astronot. Tapi yang Saya tahu hanya Yuri Gagarin, Niel Amstrong dan Edwin Aldrin. Selebihnya hanya seorang perempuan Indonesia yang bernama Pratiwi Sudarmono.
Lepas SD saya berganti cita-cita. Ingin menjadi diplomat. Karenanya saya sangat mencintai pelajaran bahasa Inggris dan pengetahuan umum tentang luar negeri. Saya sangat suka pelajaran geografi kala itu, karena banyak bercerita tentang Hubungan Internasional daripada sekedar mengenal bumi.
Ketika kuliah saya mengambil jurusan Hubungan Internasional setelah putus asa di jurusan Akuntansi. Saya berpikir akan banyak belajar bahasa. Ternyata perkiraan saya sama sekali melenceng jauh. Saya belajar POLITIK. Hal yang tidak pernah saya minati sebelumnya. Tapi saya berusaha mencintai apa yang telah saya putuskan. Tapi setelah saya pikir-pikir, jurusan saya ini ternyata sangat cocok dengan cita-cita saya.

1 Maret 2006
Ini hari pertama saya masuk kerja. Hari itu hari Rabu, bersama tante saya, kami datang pagi-pagi. Saya masuk ke sebuah ruangan kira-kira 50m persegi. Disana sudah ada beberapa teman yang saya pikir mereka sudah senior. Teman-teman yang saya temui pertama kali adalah perempuan semua. Nuri, Dini, Ratna, Nina.  Tidak ada samasekali yang saya kerjakan saat itu, saya hanya sms-an dengan teman saya di Jogja.  Saya bilang saya bosan. Nggak ada yang saya kerjakan.

Hari kedua.
Saya disarankan untuk memakai komputer seorang teman yang tidak masuk karena sakit. Sayapun mulai melakukan seperti yang teman-teman saya kerjakan. Mengetik semua alamat media yang ada di negara ini. Oh..saya mulai takjub saat mengetahui ternyata radio di negara ini ada 2000 lebih. Saya takjub ternyata kantor ini berhubungan dengan media-media yang sebelumnya hanya saya dengar dan saya tahu ketika saya membaca, mendengar radio atau menonton televisi. Saya takjub ternyata banyak hal yang sebelumnya belum pernah saya lihat, mulai saya kenal.

Hari ketiga
Teman saya yang sakit masuk dan saya masih belum punya komputer sendiri. Saya kenalan dengan dia. Namanya Rina. Saya takjub karena saya tidak pernah di panggil dengan sebutan : elo. Selama ini semua memanggil saya nama. Saya pikir dia orang yang tidak menyenangkan karena kesan yang saya dapat pertamakali adalah dia sangat sinis. Di kemudian hari nanti saya tahu bahwa saya salah.
Hari itu saya ingat dia dengan senang hati menyerahkan pekerjaan yang seharusnya dikerjakannya. Sayapun dengan senang hati mengerjakan karena Saya tidak mau hanya bengong seperti hari pertama.

Hari keempat.
Hari ini saya mendapat komputer. Sangat menyenangkan buat saya. Si hitam IBM ini nantinya akan menemani Saya hingga saat saya menulis di blog ini.
Hari itu mulai di bagi-bagi tugas. Ada tugas untuk mengetik semua kontak person televisi, print dan radio. Saat itu semua kebagian print. Namun untuk radio, dibagi perprovinsi. Sedangkan televisi semua mengetiknya karena relatif sedikit. Saat itu ada seorang ibu yang menurut saya galak. Yang kelak beliau akan menuntun langkah Saya dalam memperdalam ilmu periklanan.
Saat itu Saya bahkan tidak tahu namanya. Beliau cek apa yang kami lakukan. Saat itu kami sedang mengerjakan untuk print. Bertanyalah beliau : Kalian mengerjakan apa? "Mengetik alamat dan kontak person majalah bu" begitu jawab kami hampir serempak. Lalu katanya: "kalian mengerjakan hal yang sama?" Kami menjawab bersamaan : "iya bu.." Lalu beliau berkata: "ya ampun untuk apa kalian semua mengerjakan hal yang sama? Kenapa nggak di bagi-bagi saja?" Lalu beliau turun tangan, group-group media cetak itu dibagi-bagi sehingga semua orang mengerjakan hal yang berbeda.

Hari kelima.
Hari ini saya mulai mengenal teman-teman saya dengan baik. Saya mulai merasa nyaman dengan mereka. Hari ini pula saya sadar akan posisi saya. Saya ditempatkan di bagian administrasi bersama 5 teman saya.
Hari-hari selanjutnya kami berenam sangat kompak. Satu hati satu rasa. Apapun kami kerjakan bersama-sama. Sampai urusan minum susu atau teh di pagi haripun kami lakukan bersama. Sampai kemudian kami mulai pindah ke tempat yang lebih luas. Saya ingat saat itu kami berenam tidak di libatkan dalam kegiatan kantor : TVday. Dan kami dengan sangat leluasa memilih tempat paling pertama.Kami pilih tempat paling ujung, dengan harapan view kami akan bagus. Tidak ketahuan ketika main games pada saat jam kerja, bebas cekikikan jika sedang bosan dan beberapa pertimbangan lain.

Selanjutnya hari-hari kami masih terasa sangat indah. Tidak ada friksi diantara kami. Saya berharap ini tidak akan berakhir. Mereka adalah salah satu alasan mengapa saya masih bertahan untuk tidak mencari pekerjaan lain dan keluar dari Jakarta. Meskipun Saya tidak pernah menyukai Jakarta, namun mereka mulai melunakkan hati Saya untuk mulai jatuh cinta pada Ibukota negara tercinta ini.

Jumat, 20 Mei 2011

Ujung Genteng-what an off road trip

Petualangan kedua bersama sebagian anggota laskar Pelari di tambah dua orang pelarian heheheh... Mayin the off roader driver, Sulha the Navigator, Uswah sang penulis prosa, Lies penulis naskah, Dini the Abege, Dewi and me as the cheers hehehe...

Ujung Genting jadi sasaran perempuan-perempuan tersebut di atas untuk menikmati alamnya. Berangkatlah kami di sebuah bulan Mei, 29-31 2009. Jumat malam jam 21.00 tanggal 29, start dari lantai 12a Menara Jamsostek semua perbekalan kami sudah masuk rapi di mobil sewaan yang lumayan nyaman. Patungan Rp 500.000 cukup untuk semua akomodasi selama di sana.
Awalnya kami akan terus menuju ke Ujung Genting. Tetapi seorang teman menyarankan agar kami melakukan perjalanan pagi hari, karena medan yang agak berat dan alasan keamanan, mengingat kami semua perempuan. Jadilah kami meniggalkan Jakarta malam itu dengan tujuan Cibadak-Sukabumi, rumah orang tua mba Dina, yang waktu itu batal ikut karena akan pindahan kost.
Begitu sampai di Cibadak,tanpa ada mba Dina dalam rombongan, kami dengan pede nya mengetuk pintu rumah orang tuanya. Mama mba Dina yang sudah di kabari sebelumnya menerima kami dengan senyuman tulus meski kami mengetuk pintu beliau ditengah malam buta. Mama mba Dina sudah menyiapkan tempat untuk kami terlelap sebentar sebelum melanjutkan petualangan. 
Laskar Pelari (berhasil menggondol makanan2)+Mama Mba Dina
Pada pagi harinya kami semua bangun subuh. Sholat, mandi, minum teh dan makan cemilan yang di sediakan mama mba Dina cukup memberi kami sedikit energi untuk bangkit memulai perjalanan panjang ini. Tak lupa mama mba Dina membekali kami dengan kue-kue olahannya beliau, juga sebungkus besar nasi dan lauknya. Terima kasih kami ucapkan berkali-kali atas rizqi dan hospitality yang sangat menyenangkan ini. Terima kasih bu Batubara :)

Narsis setelah ada yang muntah-muntah
Lepas dari Barastone's house di Cibadak itu, diiringi sejuknya hawa pagi itu perjalananpun di mulai. Peta di letakkan di dasbor mobil agar mudah di jangkau navigator. Jalan menuju Ujung Genting berliku-liku, namun menyenangkan sekali. Saya yang dari awal sudah minum obat anti mabuk perjalanan dengan senang menikmati lenggang lenggok jalan aspal dengan sedikit rasa kantuk yg menyergap saya. Baru kira-kira 1 jam perjalanan, navigatornya mengeluh pusing dan mual. Rupanya dia tidak tahan di ajak berlenggak lenggok tadi hahaha... Kami putuskan untuk berhenti sejenak di sebuah saung, dipinggir jalan desa. Saat berhenti, teman kami itu langsung memuntahkan isi perutnya. Setelah itu dia mengeluh lapar hahahahaha...ini pasti gara-gara cuma ngemil saja belum makan besar. Jadi kelaparan yang menjadi sebab dia mabuk kendaraan.Saya sarankan dia untuk mengikuti langkah saya, minum obat anti mabuk! Dan dia menyerah, akhirnya ikut minum juga. Saya pindah kebelakang dan sejak saat itulah dia menjadi navigator perjalanan kami karena selalu duduk di samping bu supir hehehe...

Air Terjun Cikaso (Curug Cikaso, Jampang Kulon, Surade, Sukabumi Selatan)

Sekitar jam 11 kami sampai di daerah Jampang Kulon, Surade Sukabumi Selatan. Kami memutuskan  untuk mampir di Air Terjun Cikaso. Dari arah Sukabumi, Mayin membelokkan kemudinya menuju desa Ciniti, yang merupakan "pintu utama" menuju ke Curug Cikaso. Saya semula pesimis dengan air terjun ini, karena tidak sempat melihatnya di internet dan tidak terbayang seperti apa air terjun ini. Yang ada dibenak saya adalah kalau sudah berbau air terjun, pasti akan sejuk udara sekitarnya. Itung-itung saya menghirup lebih banyak udara bersih setelah bertahun-tahun menghirup udara penuh polusi di Jakarta. Setelah bertanya-tanya arah ke sana, sampai juga kami ke curug Cikaso. 
Warga setempat memberi unjuk arah ke air terjun tujuan kami. Setelah memarkir mobil, dan membayar retribusi yang berapanya saya lupa (seingat saya satu orang tidak sampai lima ribu rupiah) kami menuju ke air terjun dengan menyewa perahu motor yang sepertinya multifungsi, selain sebagai perahu untuk mengantarkan wisatawan, perahu itu juga berfungsi untuk mencari ikan. Kalau saya tidak salah kami menyewa sekitar 30-45 ribu per perahu pergi pulang. Ditunggu 1 jam, kalau lebih dari itu kita harus membayar kelebihan perjamnya, yang sayangnya saya lupa juga hehe..
Sungai Hijau Tosca
Sungai yang kami sebrangi airnya hijau tua, mungkin karena di dasar sungai tumbuh dengan subur lumut atau alga hijau. Sangat menenangkan memandangi airnya. Tidak lebih dari 15 menit kami sudah tiba di seberang. Berjalan kaki sebentar, lalu tadaaaaa.....kami bertemu dengan si curug yang menawan. Tidak sia-sia perjalanan kami dan biaya yang kami keluarkan untuk sampai ke Curug Cikaso ini. Ada 3 air terjun. Yang 2 debit airnya cukup banyak, sedankan yang tengah sangat kecil. Terima Kasih ya Alloh, hari itu langit biru bersih, dan warna telaga yang terbentuk oleh air terjun itu hijau tosca. Sangat indah..
Can you imagine swimin' in its tosca lake?
Gambar ini adalah 1 diantara 3 air terjun yang ada. Belum pernah saya lihat air terjun seindah ini. Subhanalloh...seperti yang ada di kalender-kalender saja. Di air terjun ini juga sering di jadikan tempat pre wedding oleh pasangan-pasangan yang akan menikah. Bersamaan dengan kami, ada sepasang calon pengantin yang sedang melakukan pre wedding di sana.
Memang tak salah jika mereka memilih lokasi eksotis ini sebagai tempat pengambilan foto prewedding.
Puas narsis dan bermain air sekedarnya (karena kami tidak menyiapkan pakaian ganti untuk sesi dadakan ini), kami beranjak dari Cikaso menuju Ujung Genteng.

Jalan masih tidak ramah dengan kelokan-kelokan tajamnya dan kadang bergelombang. Namun kami tetap menikmatinya sampai akhirnya kami bertemu tujuan utama yaitu Ujung Genteng. Penginapan telah kami pesan sebelumnya.
View depan penginapan
Cukup murah untuk sewa 1 hari 2 malam. Kalau tidak salah saat itu 350 ribu satu cottage sederhana. Pondok Adi itu nama penginapan kami. Berada di salah satu cottagenya yang bertajuk Ombak Tujuh, kamipun beristirahat sejenak setelah menurunkan barang-barang kami. Sampai sore kami masih bermalas-malasan di penginapan. Udara semilir angin laut membuat kami terlelap sedari siang tadi. The real holiday, karena sinyal telepon susah masuk. Jadi tidak ada gangguan dari klien atau media hahaha...


Sunset di ujung genteng
Sore itu kami berjalan-jalan di sekitar pantai depan penginapan kami saja. Foto-foto sepuasnya, bermain pasir dan sebelum maghrib kami sudah ada di penginapan lagi.
 Makan malam kami terpaksa hanya mie instant karena malam hari setelah maghrib hujan deras sekali disertai petir yang menyambar-nyambar. Padahal rencana kami malam itu adalah pergi ke penangkaran penyu. Malam itu ada pelepasan tukik (anak penyu). Terpaksa urung, karena kami memilih diam di pondokan. Saya dan 2 orang teman saya tak kuasa menahan kantuk, Mayin, mba Uswah dan mba Sulha mati gaya karena belum mengantuk dan tidak ada yang bisa di lakukan selain berbincang-bincang ngalor ngidul dengan topik yang tidak konstan. Pondokan kami minim fasilitas elektronik. Tidak ada televisi yang jelas. Hanya ada pemanas air di kamar mandi yang sederhana, namun bersih. 

Pantai Akuarium
Paginya kami mencoba peruntungan untuk melihat sunrise disalah satu jajaran pantai di Ujung Genteng ini. Belum mandi tak jadi masalah :D. Sayangnya kami tidak beruntung. Matahari bersembunyi di balik awan kelabu pagi itu. Pagi itu memang mendung di sertai gerimis tipis. Kami memutuskan untuk mencari pantai yang lain, dengan harapan tidak di guyur hujan.
Bening sekali kan??
Dengan medan yang agak berat karena jalan kampung berpasir yang belum teraspal pelan-pelan mobil merayap menyusuri pinggiran pantai. Bertanya sana sini lagi, kami bertemu dengan pantai yang menurut kami adalah Pantai Akuarium seperti yang kami lihat di internet sebelum kami memulai perjalanan ini. Mengapa kami mengira begitu? Karena tidak ada satupun papan nama di pantai itu yang menunjukkan bahwa pantai itu bernama pantai Akuarium. Tapi pemandangan di sana jelas menguatkan keyakinan kami bahwa inilah pantai akuarium yang ada di internet. Dengan jelas kami melihat karang-karang di perairan dangkal membentuk pola-pola abstrak yang tidak konstan, membentuk separasi-separasi kecil yang didalamnya terperangkap ikan-ikan kecil berwarna-warni, melenggak lenggok indah. Dalam satu separasi itu tidak tentu isinya, ada yang 1 bahkan ada yang lebih dari 3 ekor. Selain ikan, terkadang ada bintang laut yang terdampar dan terperangkap di salah satu blok karang. Airnya sangat jernih sehingga kami sangat girang menikmati keindahan alam ini. Subhanalloh...!
 
Pelabuhan Ratu

Bersama kerbau di Pelabuhan Ratu

Puas dari sana, kami pulang ke pondok, kembali melewati medan berat. Mobil keluarga yang kami tumpangi plus sopir yang andal a.k.a kk mayin melaju dengan tenang. Sesampai di pondok, kami berkemas untuk pulang agar tidak kemalaman di jalan.
Saat kami melaju dalam perjalanan pulang, tiba-tiba terlontar ide untuk belok ke pelabuhan ratu. Jadilah kami belok ke Pelabuhan Ratu. Makan siang sederhana di pinggir pantai, minum es kelapa muda hmmmm...nikmat sekali..
Sebelum mentari beristirahat, kami berkemas pulang. Alhamdulillah...perjalanan ini sungguh sangat membuat pikiran kami sedikit tersegarkan :) .

Kamis, 13 Januari 2011

The Memorable Belitung

Di suatu akhir bulan Desember ada teman kantor yang merencanakan trip yang sangat membuat saya ngiler. Setelah mempertimbangkan antara kadar kekecewaan jika tidak mempunyai laptop dan keindahan trip rancangan teman saya itu, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti rencana tersebut. Yes! We're going to go to Belitung Island, tempat Andrea Hirata  penulis yang karyanya sangat saya sukai itu menghabiskan masa kecilnya.

Setelah sekitar 2 bulan kami merancang kepergian itu, akhirnya kami sepakat berangkat ke Pulau Belitong pada saat liburan natal dan tahun baru, 25-29 Desember 2008. Dengan bakat terpendam salah satu teman saya menjadi travel agent, terbanglah kami kesana. Ber-14 dari Jakarta. Ada 2 orang diantaranya berangkat dari Surabaya, ketemu di bandara SoeTa lalu lanjut ke Tanjong Pandan dengan Sriwijaya Air. Oh ya kami ber 14 itu beda beda kantor loh 5 orang dari kantorku dan 9 orang yang lain saya kenal waktu di bandara. 
Sebelumnya Saya mau cerita tentang persiapan kami untuk berlibur kesana selama 5 hari itu. Jadi, teman saya yang merancang perjalanan ini di bantu oleh Papanya. Kebetulan teman saya yang bernama Marlina Iryatie ini Mamanya asli Belitong tepatnya dari desa Tanjung Binga. Dan orang tuanya mempunyai sebuah rumah panggung khas melayu yang sejak dibangun belum pernah di tempati. Sehubungan dengan kedatangan tamu-tamu cantik ini, rumah panggung keluarga Mayin (begitu saya suka memanggilnya), berbenah. 
Oke, saya akan cerita kondisi rumah ini nanti ya...
 Kembali ke preparation. Mayin membeberkan semua rencana selama ada di sana. Itenerarynya komplit. Mulai dari kedatangan sampai kami melambaikan tangan sebagai tanda sampai jumpa di lain kesempatan kepada pulau indah ini. Mayin menguraikan perbekalan apa saja yang harus kita bawa kesana, karena tempat kami tinggal jauh dari Tanjong Pandan dan langkanya toko membuat kami harus prepare lumayan banyak bahan makanan. Kami diwanti wanti juga untuk mengisi penuh pulsa kami (bagi yang memakai layanan prabayar sepertiku) karena di sana jarang banget di temukan penjual pulsa. Begitu juga dengan dompet kami. Kami isi penuh dengan uang cash karena atm hanya ada di Tanjong Pandan. Dan pada saatnya tiba, berangkatlah kami ke Belitung to have some fun!


"Jam 04.30 pagi harus sudah kumpul di bandara", begitu Mayin berkali kali mengingatkan. Penerbangan kami adalah first flight di 06.30 pagi.Oke...jadi aku prepare dari jauh hari sebelumnya.  Mulai sibuk mencari backpack, mencari-cari baju yang nyaman, dan mempersiapkan semua yang saya butuhkan untuk keperluan petualangan di sana. Kenapa memilih backpack dan bukan koper? Karena backpack menurut saya lebih simple, tinggal di angkut di punggung, jalan deh. Suka merasa di repotkan dengan menggeret2 koper soalnya.
Hmm...ada cerita sedikit dibalik preparationku ini. Saat itu saya sudah mulai baikan sama pacar saya, dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk menerimanya dengan segala kondisi yang ada, meski itu konsekuensinya akan membuat saya sakit, uring-uringan dan bibirku di pocong melulu. Dengan dalih meminjam backpack, saya akhirnya bertemu dengannya untuk yang pertamakali, setelah hampir 2 bulan saya break dengannya. So, saat itu saya double happy, happy liburan dan happy pacaran heheh..
Cantik Airline, ready to take off
 Ketika saatnya tiba, pulang kantor saya segera bersiap-siap, mengecek lagi kira-kira apa saja yang belum masuk ke backpack pinjaman itu. Jam 2 pagi saya sudah terbangun, mandi, siap-siap dan berangkatlah saya pagi pagi buta, yaitu jam 03.30 pagi. Dengan rasa kantuk yang sangat hebat menyerangku, akhirnya saya meluncur juga ke bandara. Terminal 2 ya pak..Sriwijaya Air, kata saya kepada pak taksi. 
Then..saya terlelap, sampai di airport saya dibangunin sama pak taksinya. Duh, rasanya baru saja 10 menit saya bermimpi, kenapa sudah sampai? Dan taukah kawan, jam berapa saya sampai airport? Yaa..bagoooosss..KEPAGIAN! Jam 04.15 saya sudah nongkrong di terminal 2. Dalam hati..ah nggak apa2, teman2ku 15 menit lagi pasti udah pada nongol. Menunggu dan menunggu, ternyata jam 5 pagi baru pada nongol..sampai pengen tidur lagi saya.
Oke..setelah kumpul semua, kita check in dan menunggu teman dari Surabaya mendarat di SoeTa. Setelah itu, boardinglah kami. Perjalanan di atas awan lancar-lancar saja alhamdulillah. Sedikit guncangan itu biasa. Akhirnya  45 menit kemudian kami mendarat dengan selamat di bandar udara Sultan Hanandjoedin Tanjung Pandan. Bandar Udara ini kecil, mirip kantor pemerintahan. Pesawat yang nongkrong di landasan pun hanya ada pesawat yang barusan kami tumpangi, yang satu jam lagi mengangkut penumpang kembali ke Jakarta.

Selesai mengambil bagasi dari conveyor belt yang pendek dan sederhana - yang sepertinya hanya berfungsi untuk mempermudah porter memasukkan bagasi, kami berkumpul sejenak untuk cek ulang apakah semua bagasi kami sudah diambil. Lumayan banyak juga bawaan kami. Dari tas-tas, kardus-kardus, koper, kantong plastik dan sebagainya. Semua itu adalah perbekalan kami selama di 5 hari di berpetualang di Belitung nanti.
Akhirnya setelah semua terkumpul, kami bawa keluar menuju ke arah mobil yang menjemput kami. Papanya Marlin dan 1 orang lokal sudah standby. 2 Mobil, 1 Kijang Inova dan 1 Toyota Avanza siap menemani petualangan kami. Dengan sedikit berdesak desakan akibat harus berbagi ruangan dengan barang bawaan kami, berangkatlah kami ke tujuan : desa Tanjong Binga, Belitong Barat. Sebelum sampai di Tanjong Binga, kami melewati dulu kota kabupaten Tanjung Pandan, untuk men cek lagi apa yang kurang, apa yang belum sempat di pack dari Jakarta.Saya mengisi penuh pulsa dan menambah lagi kocek, takutnya kurang.

Dermaga depan rumah Mayin
Oke...setelah semua kebutuhan terpenuhi, kami langsung meluncur ke Tanjung Binga. Di dalam mobil kami ketawa ketiwi, menceritakan selama di pesawat, turun pesawat, dan menceritakan hal hal yang unik yang kita temui selama perjalanan ke Tanjung Pandan.
Sekitar jam 12.30 kami sampai di desa Tanjung Binga, rumah Mayin. Wew,,,the real holiday menyambut kami! Saat itu langit bersih, udara bersih, dan sepoinya angin laut sangat terasa karena rumah Mayin berada tepat di seberang dermaga. 
Rumah Mayin ini tipikal rumah panggung melayu, yang hampir keseluruhan bangunan terbuat dari kayu. Di halaman dan sekeliling rumah itu adalah pasir pantai bukan tanah. Pepohonan yang tumbuh di sekitarnya pun di sesuaikan dengan ekosistem pantai, bukan berarti tumbuhan pantai, namun tumbuhan yang mampu hidup dengan subur dan cuek terhadap media apapun dia menancap. Kalau ruangan rumah itu terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu kecil, dan dapur.

Rumah Panggung Mayin
Konon, kamilah penghuni pertama yang menginap di rumah panggung ini. Haahaha.. Dalam rangka kedatangan kami, rumah panggung ini di benahi sama Papa Mayin. Ditambahin kamar mandi 1 lagi mengingat kami ber 14. "Biar nggak berebut dan cepet mandinya" kata Papa Mayin. Seperti yang saya bilang tadi, kamar di rumah keluarga Mayin ada 2. Uniknya kamar itu dibuat memanjang. Kasur dan sepreinya sengaja di design sambung menyambung menjadi satu kayak Indonesia, heheheh.. Jadilah kami di bagi 2 kubu, satu kamar ditempati 7 orang. Selain itu ada ruang tamu kecil dan ruang keluarga yang beralas karpet, dan yang paling asik adalah ada kasur di dekat jendela belakang yang berhadapan langsung dengan kebun ala pedesaan dengan berbagai pepohonan. Sejuk sekali rasanya bermalas-malasan di situ. 

Sungai Kecil Itu
Selain itu, tempat favorit saya adalah teras dan sungai kecil di belakang rumah Mayin. Sungai kecil itu adalah tempat warga sekitar rumah Mayin mandi dan mencuci kadang-kadang. Dasar sungai ini dominan pasir, jadi airnya selalu jernih. Kedalamannya pun hanya sekitar 1 meter di tempat tertentu. Rata-rata kedalamannya adalah 75 cm. Jadi, kebanyakan anak-anak kecil yang mandi di sungai tersebut. Orang dewasa bisa di hitung dengan jari, mungkin karena sebagian besar penduduk Tanjung Binga ini telah mempunyai fasilitas MCK yang telah memadai, sehingga mereka mungkin enggan untuk memanfaatkan sungai kecil ini untuk kegiatan mandi dan mencuci. Selama di sana, sebagian besar pengunjung setia sungai kecil itu adalah anak-anak kecil usia SD. Mereka enggan beranjak keluar dari sungai tersebut, bermain-main, berenang kesana sini sampai puas, sampai gigi-gigi mereka gemeletuk karena kedinginan dan kulit mereka keriput. 
Diterasnya rumah itu, saya biasa nongkrong dengan kursi plastik sambil menelepon pacar saya di malam hari, karena menghindari suitan anak-anak yg selalu berteriak : saatnya reportase petaaaang..!!!hahhaha... Saat malam hari itu, saya manfaatkan untuk menelepon sambil menikmati udara laut di malam hari dan menikmati debur ombak kecil di laut depan rumah Mayin yang sepertinya bagian dari selat Karimata. Pada malam hari di teras rumah ini, saya bisa mendengar debur ombak dengan jelas dan kelap kelip lampu kapal nelayan yang mencari ikan meski laut saat itu banyak tak bersahabat dan tak banyak ikan yang di dapatkan. Desa Tanjung Binga ini adalah desa nelayan, dimana hampir seluruh penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan. Ikan sudah menjadi makanan sehari-hari di sini. Sampai mereka tidak pernah mau memakan ikan yang sudah ada di pasar dan tersisa belum terjual di siang hari. Mereka bisa membedakan ikan yang segar dan baru di tangkap dengan ikan yang sudah ada di pasar selama sekian jam. Mereka bilang rasa ikan yang baru saja ditangkap sangat segar dan lebih terasa manis. Makanya ketika ikan langka di pasaran, mereka tetap bela-belain memancing di laut demi makan ikan segar hehe..

Selesai sudah kami mengatur semua barang-barang kami di dalam rumah. Lalu istirahat sebentar, kami langsung menuju ke pantai Tanjung Kelayang. Pantai Tanjung Kelayang ini adalah destinasi kami yang pertama. Sesampainya kami di sana, kami mencari warung makan untuk memberi makan cacing - cacing dalam perut kami yang sudah berteriak-teriak kelaparan. Di pantai ini, ada banyak warung makan yang juga menyediakan tempat semacam saung untuk kami duduk lesehan di pinggir pantai. Nikmat sekali makan di tempat ini. Bau laut, angin laut menambah selera makan kami. Kami ber 14 mulai memilih menu. Ada menu khas di sana, hanya saja saya lupa namanya. Makan itu berbahan kepala ikan, dengan berkuah santan kuning, rasanya gurih, berbeda dengan gulai kepala kakap yang acap kali jadi primadona di restoran padang. Hanya saja ikan dikepala saya paling nikmat adalah di goreng dan di bakar. Jika di gulai, saya paling doyan makan gulai ikan buatan mantan pembantu tante saya. Enak dan empuk sekali tekstur dagingnya. Sebenarnya, makanan khas ini juga tidak terlalu buruk rasanya. Hanya saja, mindset saya susah sekali di ajak kompromi. Jadi saya hanya mencoba sedikit saja. Selebihnya saya hanya makan ikan goreng, cumi goreng dan sedikit udang, karena saya juga tidak tahan makan banyak udang. Untuk minumannya kami memilih pesan es jeruk kunci. Jeruk Kunci ini jenis jeruk yang khusus untuk di bikin minuman. Di campur dengan gula dan es batu..hmmm...rasanya segar sekali. Ada rasa yang berbeda dibanding jika kita minum es jeruk yang lazim kita temui di Jakarta, ataupun di kampung saya sekalipun. Saat itu kami makan dan minum dengan lahap, tidak tahu karena lapar atau memang karena masakannya enak. hehehe...Hanya satu kata tentang makan siang kala itu, NIKMAT!!
Jeruk Kunci
Pantai-pantai di Belitung ini memang punya keunikan masing-masing. Pantai Tanjung Kelayang ini salah satunya. Banyak sekali batu-batu besar di sana. Pasir pantai ini putih dan teksturnya selembut tepung yang asiknya lagi tidak panas di kaki meski saat itu matahari bersinar sangat terik, air lautnya biru bening, sehingga dasarnya yang dangkal dan berupa karang terlihat jelas., ditambah dengan kapal nelayan yang tidak beraturan mengapung di laut dangkal. Saya girang sekali menyusur pantai ini. Kami mulai mencari spot-spot yang bagus untuk berfoto. Maklumlah..sebagian besar dari kami orangnya narsis-narsis. Batu-batu raksasa itu menjadi objek pelengkap penderita foto kami hehehe... 

Puas berenang-renang kian kemari di pantai ini, kami teruskan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi. Subhanalloh...pantai ini memukau mata saya dengan batu-batu granit yang bertebaran. Dan di Pantai Tanjung Tinggi merupakan lokasi yang sangat iconic di film Laskar Pelangi. Kami susuri batu-batu raksasa itu. Dan kami temukan Batu granit yang seolah olah ada pelanginya. Kami menamakan batu pelangi. Karena di bagian bawah batu-batu raksasa itu ada bekas-bekas alga merah, alga hijau dan alga kuning (kalau boleh saya sebut seperti itu) yang membentuk spektrum warna pelangi yang dominan yaitu merah, hijau kuning. Nggak enak kan kalau menyebut dengan batu trafic light heheh..
Di batu Pelangi tempat Shooting 
Film Laskar Pelangi

Hari sudah beranjak sore, dan kami dengan enggannya beranjak pulang. Sampai di rumah, sudah lepas maghrib, maka setelah mandi dan sholat Maghrib, kami mencari makan malam di luar. Di dekat rumah Mayin ada sebuah resort dengan restoran yang menurut saya sepi sekali, pengunjungnya saat itu hanya ada kami dan 2 meja berisi 4-6 orang. Menunya masih tetap seafood. Rasanya sih standar saja, namun sepertinya jam makan kami tepat. Tepat saat kami sudah kelaparan, jadi rasa makanannya luar biasa hehe... Resort tempat restoran ini berada  bernama Bukit Berabu. Tarif kamarnya semalam hanya 300ribu rupiah saja include tax. Setalah kenyang, kami kembali ke rumah. Jam 21.00 kami sudah mulai menguap-nguap. Saya merasa capek sekali hari itu, jadi saya putuskan untuk istirahat semaksimal mungkin untuk saving energi esok pagi, meski teman-teman saya masih bercengkerama di ruang keluarga.



Day 2
Tanjung Pendam dan Manggar
Pantai ini ada di kota kabupatennya. Tak jauh dari pusat kota Tanjung Pandan. Pantai ini lebih mirip dengan ancol, karena hamparan pasirnya tidak luas. Pasir di sini lebih berbulir -bulir seperti merica. Warnanya coklat. Di pantai ini kami tidak lama, kemudian perjalanan di lanjutkan ke Gantong, Manggar. Ceritanya kami di ajak napak tilas Laskar Pelangi. Kami di perlihatkan dari jauh bekas-bekas galian penambangan Timah ketika Timah masih meraja. Di desa Manggar ini, kami berhenti sebentar untuk mempersilahkan Papa Mayin dan Omnya Mayin sholat Jumat. Saat beliau sholat Jumat, kami berkeliling di sekitar situ. Kami berjalan ke arah perempatan, mencari warung makan heheh... Ternyata di daerah situ lah shooting dengan setting warkop alias warung kopi di lakukan. Dan juga kami seolah - olah melihat tokonya A Ling tempat Ikal membeli kapur hahaha....dasar kebawa-bawa film nih.. Padahal mungkin bukan hehehe...
Replika SD Muhammadiyah Gantong
Setelah kenyang semuanya, perjalanan di lanjutkan ke tujuan yaitu Gantong. Sebelumnya kami di ajak ke rumah bu Muslimah di Piche. Ya, bu Muslimah asli! Bela-belain di jemput langsung di sekolah tempat beliau mengajar untuk bertemu kami. Subhanalloh...kami ketemu seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang dengan semangatnya tetap mengajar 10 orang murid SD yang dengan semangat membara menimba ilmu, dengan fasilitas yang sangat terbatas. Beliau bercerita banyak tentang perjuangannya dulu. Selain itu kami melihat foto-foto beliau bertemu orang-orang penting di negara ini. 

Dari rumah bu Mus (waduh kayak yang udah akrab banget sama bu Muslimah), kami beranjak ke Gantong. Menuju salah satu lokasi shooting laskar pelangi yang juga cukup iconic. Sekolah SD Muhammadiyah. Ya Alloh...saya bisa tidak konsentrasi belajar seandainya sekolah saya seperti itu. Dengan dinding kayu yang miring - miring dan di sangga kayu, lantai sekolah yang masih tanah dsb.Seperti biasa agenda foto-foto tak pernah terlewatkan.
Lepas dari Manggar, kami beranjak menuju Pantai Burong Mandi. Sebelumnya kamii mampir ke sebuah kuil  yang lumayan besar, kegiatan di sana? Tentulah foto-foto lagi. Hehehe...
Pantai Burong Mandi adalah sebuah pantai dengan hamparan pasir sangat luas, bahkan pemancing bisa dengan agak ke tengah mancingnya karena pantai yang sangat landai. Kami menemukan keong yang lucu-lucu disana. Foto dan foto lagi agenda kami. Pantai ini agak unik menurut saya. Ada pohon kelapa, namun di pinggirnya terdapat banyak cemara laut yang menimbulkan hawa sejuk di sekelilingnya. Serasa di puncak saja saya ini. Apalagi suasana habis hujan, jadi menambah lembab udara di sekeliling kami. Setelah puas bermain di pantai, kami beranjak pulang.

Sampai di rumah, kami beristirahat dan mencari makan malam. Berencana mau makan mie belitung tapi sayang, kami tidak beruntung. Kami sudah kehabisan. Ya sudahlah..makan di rumah saja dengan stok makanan yang kami punya.


Day 3

Mercusuar Pulau Lengkoas



Pada hari ini kami berencana pergi ke pulau dengan kapal sewaan yang telah di persiapkan oleh papa Mayin. Pokoknya kami tau beres deh... Sempat khawatir juga, kami tidak jadi ke pulau, karena pada malam harinya terjadi hujan badai.Alhamdulillah..Alloh mengijinkan kami untuk berlayar ke pulau. Pagi itu agak sedikit mendung , tetapi berangsur-angsur langit menjadi biru tanpa awan, matahari bersinar dengan semangat, seperti semangat kami di pagi itu menuju pulau Lengkoas, tujuan pertama kami. Kapal motor nelayan yang kami sewa melaju dengan lancar, selama perjalanan, saya menikmati angin laut yang kencang serta teriknya sinar matahari di haluan kapal. Menyenangkan sekali seperti ini. Angin, kecipak air asin, di ombang ambing ombak dengan lembut, langit biru, sebuah paduan sempurna untuk menikmati LAUT.



From top of Mercusuar Lengkoas Island
Tiba di Pulau Lengkoas, kami bersorak kegirangan..Subhanalloh....Alloh menciptakan bumi ini dengan segala keindahannya. Laut biru bersih, pasir putih  lembut memukau kami. Di sana ada mercusuar peninggalan belanda yang tingginya 18 lantai. Kami tertantang untuk menaikinya. Sambil terengah-engah (ketahuan tidak pernah olah raga), akhirnya sampai juga saya di puncaknya. Pemandangan dari atas sangat indah. Kapal yang kami sewa terlihat sangat kecil, sejauh kami memandang lautan biru dan batu-batu besar yang entah bagaimana ada di tengah lautan itu. Setelah puas bermain-main di pulau ini, kami beranjak ke pulau selanjutnya yaitu Pulau Burung. 
Tiba di sana, tak habis takjub kami. Pantai dengan pasir putih dan karang yang landai dan ada batu mirip atol di mana kita bisa berenang tanpa takut tergores karang karena isinya sebagian besar pasir. Air laut yang hangat membuat kami betah berlama-lama bermain di pantai itu. Makan siang yang kami bawa terasa sangat nikmat, kelelahan tak kami rasakan. Setelah makan siang kami istirahat tidur-tiduran di bawah pohon-pohon kelapa yang banyak terdapat di pulau itu. Serasa private island saja, karena tak ada orang lain selain rombongan kami.
Naiknya pakai tangga loh..
Menjelang sore, kami pulang membawa perasaan puas. Perahu yang kami tumpangi membawa kami pulang menuju Tanjung Binga. Setiba di dermaga ternyata kami harus menggunakan tangga untuk menuju darat karena air sedang surut. 
Mandi di sungai kecil belakang rumah Mayin menjadi pilihan kami karena badan kami  sangat terasa lengket. akibat main seharian di pulau. Bersama anak-anak kecil sekitar, kami berenang di air tawar yang segar.

Malamnya kami kembali berburu mie Belitung yang belum sempat kami rasakan. Sepiring tak cukup. Ya Alloh...enak sekali makanan ini. Saya dan teman-teman mulai maruk...tambah satu piring lagi!

Day 4
Agenda hari ke-4 adalah pergi ke pemandian Air Manis. Di sini tempatnya kurang menarik untuk kami. Karena hanya pemandian alam biasa dan luar biasa crowded. Lalu kami di ajak papa Mayin kembali ke laut dan kami sangat setuju. Berenang kembali di Pantai Tanjung Tinggi jadi pilihan kami. Sepuas-puasnya kami berenang diantara karang,Berfoto ala putri duyung dan mencari kerang-kerang cantik.
Selepas itu kami beranjak pulang. Oh ya sebelum memulai aktivitas pagi hari, sebagian dari kami permi memancing di dermaga. Meski mendapat ikan yang kecil-kecil, namun mereka sangat senang. Malamnya kami makan ikan hasil tangkapan mereka dan pesta rajungan. Saya makan ikan saja, karena tidak doyan rajungan.

Day 5
Private Airport
Hari terakhir kami ada di Pulau cantik ini. Setelah belanja oleh-oleh, kami beranjak pergi. Meninggalkan pulau ini dengan segala keindahannya.
Jam 14.00 schedule pesawat kami. Setiba di bandara, kami melongo, karena bandara sangat sepi. Belum ada orang yang datang. Jadilah ke narsisan kami kumat lagi. Foto dan foto lagi sebelum take off. Belitung memberi kami keindahan yang tidak akan kami lupakan seumur hidup kami.