Sabtu, 07 Agustus 2010

Dear My Hubby

Saat aku sendiri, kadang aku merenungi perjalanan kita untuk bisa sampai di titik ini. Saat akhirnya KUA menerbitkan akta nikah untuk kita. Perjalanan yang tidak mudah. Tapi sebenarnya kalau aku pikir-pikir ternyata hanya ada satu masalah sebenarnya. Your ex! Aku dulu sangat tidak mengerti kebijakan yang kau ambil sehubungan dengan itu. Dari awal kita dekat, aku tidak punya sedikitpun pikiran bahwa masa lalumu itu sangat lekat dalam kehidupanmu. Alasanmu saat itu adalah bahwa kau tidak bisa memutuskan begitu saja hubungan yang telah terjalin begitu baik dengan keluarga dari perempuan yang ada di masa lalumu itu. Oke...aku menghargai sikapmu yg tidak ingin memutuskan silaturahmi. Yang terpenting untukku adalah hatimu tidak pernah lagi menyimpan perempuan itu di first position sebuah program prime time.Namun rupanya hal ini seperti bumerang buat aku. Rupanya ini balik memukulku sampai aku jatuh terjembab, memar di jidat,di dada, di sekujur tubuhku. Memukulku yang berada di primetime dan first position saat itu, menjadi tersungkur...anjlok ratingnya karena program tersebut sliding over primetime.
Hmm...agar kau mengerti sayang, aku adalah orang yg susah bangun saat sudah terjatuh, namun entah apa yg menggerakkan badanku padahal dia sedang terluka parah; untuk bangkit, dan berjalan penuh keyakinan di atas api meski harus tertatih. Ya sayang..sekarang aku baru sadar, that am the real firewalker. Ketika itu aku bangkit, aku tidak pedulikan semua pesan pendek "beliau" yang tidak terkira kotor kata-katanya, menghujatku,menghinaku, padahal aku sendiri tak tau apa salahku.
Agar kau tahu sayang, aku tidak peduli sekali lagi..karena aku tidak pernah merasa berada di pihak yang salah. Aku melangkah di atas api dengan yakin bahwa aku benar. 
Kau mengertikah sayang, bahwa aku selalu menahan perih kakiku, menutup luka-lukaku yang menganga dan belum sempat kering tapi sudah di dihadapkan dengan benturan lagi; aku berusaha untuk tetap tegar di depanmu, namun aku hanya manusia, ketika aku tak mampu lagi bertahan dengan rasa perih itu, maka mataku lebih tanggap, dan aku pun menangis. Menangis karena aku tak mampu menahan perih saat itu. Menangis karena aku  tak tahu harus dengan apa aku menahan tangisan itu.
Hal itu aku jalankan selama 1.5 tahun..1.5 tahun sayang... Namun, semakin lama semakin aku tahu..bahwa aku sebenarnya tidak pernah sliding, tvrku selalu tinggi di hatinya. Aku selalu ada di first position di primetime hatimu. 
Aku ingat..kau selalu berkata : 
Aku hanya memintamu untuk bersabar, namun aku juga mengerti jika kau emosi. Buah akan kesabaran itu manis banget...aku yakin itu.
Itu kau katakan disaat saat aku datang kepadamu dengan luka perih itu. Saat itu kau berkata dengan teramat lembut, hingga sedikit bisa kulupakan sakitku itu. Sekarang aku mengerti, bahwa ternyata kesabaran itu yang menggiring kita sampai di titik ini. Bahwa energi positif yang selalu kita usahakan untuk timbul mendahului energi kebencian, membuat kita mendapat suply energi yang positif juga. Secara tak terduga, kita berdua mampu bertahan menghadapi apapun yang terjadi.


Sayang, saat ini aku ingin sampaikan...terima kasih telah membawaku pada sebuah titik dimana itu adalah buah jerih payah kita menahan emosi kita. Terima kasih sayang...tanpa mengenalmu, aku tidak akan mendapatkan pembelajaran hidup yang berharga.


Keep smiling, be positive, be sure we can do the best for our live. Amien!