Senin, 10 November 2014

SP1 - Korean wave effect

Pertama seumur-umur selama bekerja, saya mendapatkan peringatan dari perusahaan. Sebenarnya simple urusannya. Hanya karena internet. Saya mendapat teguran dari bagian personalia kantor saya.

Awalnya hanya karena pekerjaan saya sudah sangat berkurang. Karena market untuk brand yang saya handle sudah mulai menurun, klien kami tidak terlalu banyak beriklan. Mungkin karena pengiritan anggaran mereka, atau ada pertimbangan lain yang saya tidak mengerti. Sungguh bukan mau saya untuk tidak ada pekerjaan. Sungguh, kalau di rasakan, saya justru sedih ketika saya berangkat ke kantor tapi tidak ada tujuan sesampainya di kantor.

Saya benar-benar sedih, ketika semua rencana beriklan klien saya, yang sudah di rekomendasikan oleh kami, mendadak di batalkan. Total plan nya lumayan besar untuk kami. Sudah terbayang berapa fee yang akan kami terima dari total plan tersebut. Rasa ingin menangis, ketika tahu hal tersebut tidak jadi di jalankan itu sangat menyesakkan dada. Perusahaan sedang tidak bagus bisnisnya, ketika tiba-tiba plan kami di batalkan, kami merasa tidak punya hal yang bisa di kontribusikan kepada perusahaan.

Dengan kondisi tersebut, saya menjadi jobless. Di kantor hanya duduk, menghadap komputer, browsing, cek Facebook, ngobrol sama team. Itu saja yang saya lakukan. Sampai suatu saat, saya terpikir, kenapa saya tidak nonton film saja?
Akhirnya, saya mencari rekomendasi dari teman-teman mengenai film apa yang bagus untuk di tonton di waktu senggang. Saya suka drama korea dengan happy ending. Seperti halnya nonton FTV di channel TV swasta di negara ini. Selalu happy ending.
Drama Korea yang pertama saya tonton di kantor dan menggunakan streaming adalah The Master's Sun. Tapi itu hanya beberapa episode saja, selanjutnya saya minta tolong suami saya untuk download di kantornya. Lalu setelah itu saya semakin menggila, selalu streaming drama Korea yang lain. It's Okay That's Love, My Lovable Girl, Pride and Prejudice dsb.
Drama-drama tersebut menarik perhatian saya. Plot nya menyenangkan saya, menghibur saya dan memberi rasa letupan-letupan kecil di hati, ikut terbawa emosi dalam drama tersebut.

Menontonnya, saya merasa tidak bersalah karena setahu saya, peraturan yang jelas adalah tidak boleh download dengan torent. Yang itu akan menghabiskan bandwidth di seluruh kantor, di bawah grup perusahaan. Dan, saya juga tidak punya pekerjaan yang tertunda.

Sampai akhirnya, saya di panggil bagian personalia, di tegur karena pemakaian bandwidth di luar batas perikemanusiaan katanya. Regional office notice ini, dan saya sih hanya minta maaf, karena benar-benar tidak menyadari hal itu. Dan saya di peringatkan untuk tidak mengulang, sembari diminta tanda tangan SURAT PERINGATAN 1.

Saya bersikap masa bodoh dengan peringatan itu, maksud saya, berusaha saya abaikan, tidak saya masukkan ke dalam hati, tapi saya tidak pernah bisa mengabaikan rasa tidak adil dalam hati saya. Karena saya tidak menyadari benar-benar hal seperti itu forbidden dan karena hal itu saya lakukan juga tidak dengan tujuan untuk menghabiskan bandwidth internet kantor. Saya hanya bertujuan killing time at the office. That's all. Kecuali kalau saya memang sengaja melanggar peraturan, maka saya akan legowo di tindak. Tapi biarkanlah.

Knowing hal-hal seperti ini mengganggu saya, sepertinya saya akan mempertimbangkan tawaran-tawaran yang saya terima di tempat lain. Sedikit karena hal ini, namun banyaknya, karena saya butuh uang. Dan saya melihat, tidak ada peningkatan karir di sini. Kesempatan untuk saya berbuat yang terbaik, tidak di appreciate dengan baik sepertinya. Tidak ada alasan lagi untuk saya untuk tetap stay di sini lebih lama lagi.

*nulis sambil berpikir, apakah tulisan ini akan makan bandwidth gede apa nggak?*