Jumat, 20 Mei 2011

Ujung Genteng-what an off road trip

Petualangan kedua bersama sebagian anggota laskar Pelari di tambah dua orang pelarian heheheh... Mayin the off roader driver, Sulha the Navigator, Uswah sang penulis prosa, Lies penulis naskah, Dini the Abege, Dewi and me as the cheers hehehe...

Ujung Genting jadi sasaran perempuan-perempuan tersebut di atas untuk menikmati alamnya. Berangkatlah kami di sebuah bulan Mei, 29-31 2009. Jumat malam jam 21.00 tanggal 29, start dari lantai 12a Menara Jamsostek semua perbekalan kami sudah masuk rapi di mobil sewaan yang lumayan nyaman. Patungan Rp 500.000 cukup untuk semua akomodasi selama di sana.
Awalnya kami akan terus menuju ke Ujung Genting. Tetapi seorang teman menyarankan agar kami melakukan perjalanan pagi hari, karena medan yang agak berat dan alasan keamanan, mengingat kami semua perempuan. Jadilah kami meniggalkan Jakarta malam itu dengan tujuan Cibadak-Sukabumi, rumah orang tua mba Dina, yang waktu itu batal ikut karena akan pindahan kost.
Begitu sampai di Cibadak,tanpa ada mba Dina dalam rombongan, kami dengan pede nya mengetuk pintu rumah orang tuanya. Mama mba Dina yang sudah di kabari sebelumnya menerima kami dengan senyuman tulus meski kami mengetuk pintu beliau ditengah malam buta. Mama mba Dina sudah menyiapkan tempat untuk kami terlelap sebentar sebelum melanjutkan petualangan. 
Laskar Pelari (berhasil menggondol makanan2)+Mama Mba Dina
Pada pagi harinya kami semua bangun subuh. Sholat, mandi, minum teh dan makan cemilan yang di sediakan mama mba Dina cukup memberi kami sedikit energi untuk bangkit memulai perjalanan panjang ini. Tak lupa mama mba Dina membekali kami dengan kue-kue olahannya beliau, juga sebungkus besar nasi dan lauknya. Terima kasih kami ucapkan berkali-kali atas rizqi dan hospitality yang sangat menyenangkan ini. Terima kasih bu Batubara :)

Narsis setelah ada yang muntah-muntah
Lepas dari Barastone's house di Cibadak itu, diiringi sejuknya hawa pagi itu perjalananpun di mulai. Peta di letakkan di dasbor mobil agar mudah di jangkau navigator. Jalan menuju Ujung Genting berliku-liku, namun menyenangkan sekali. Saya yang dari awal sudah minum obat anti mabuk perjalanan dengan senang menikmati lenggang lenggok jalan aspal dengan sedikit rasa kantuk yg menyergap saya. Baru kira-kira 1 jam perjalanan, navigatornya mengeluh pusing dan mual. Rupanya dia tidak tahan di ajak berlenggak lenggok tadi hahaha... Kami putuskan untuk berhenti sejenak di sebuah saung, dipinggir jalan desa. Saat berhenti, teman kami itu langsung memuntahkan isi perutnya. Setelah itu dia mengeluh lapar hahahahaha...ini pasti gara-gara cuma ngemil saja belum makan besar. Jadi kelaparan yang menjadi sebab dia mabuk kendaraan.Saya sarankan dia untuk mengikuti langkah saya, minum obat anti mabuk! Dan dia menyerah, akhirnya ikut minum juga. Saya pindah kebelakang dan sejak saat itulah dia menjadi navigator perjalanan kami karena selalu duduk di samping bu supir hehehe...

Air Terjun Cikaso (Curug Cikaso, Jampang Kulon, Surade, Sukabumi Selatan)

Sekitar jam 11 kami sampai di daerah Jampang Kulon, Surade Sukabumi Selatan. Kami memutuskan  untuk mampir di Air Terjun Cikaso. Dari arah Sukabumi, Mayin membelokkan kemudinya menuju desa Ciniti, yang merupakan "pintu utama" menuju ke Curug Cikaso. Saya semula pesimis dengan air terjun ini, karena tidak sempat melihatnya di internet dan tidak terbayang seperti apa air terjun ini. Yang ada dibenak saya adalah kalau sudah berbau air terjun, pasti akan sejuk udara sekitarnya. Itung-itung saya menghirup lebih banyak udara bersih setelah bertahun-tahun menghirup udara penuh polusi di Jakarta. Setelah bertanya-tanya arah ke sana, sampai juga kami ke curug Cikaso. 
Warga setempat memberi unjuk arah ke air terjun tujuan kami. Setelah memarkir mobil, dan membayar retribusi yang berapanya saya lupa (seingat saya satu orang tidak sampai lima ribu rupiah) kami menuju ke air terjun dengan menyewa perahu motor yang sepertinya multifungsi, selain sebagai perahu untuk mengantarkan wisatawan, perahu itu juga berfungsi untuk mencari ikan. Kalau saya tidak salah kami menyewa sekitar 30-45 ribu per perahu pergi pulang. Ditunggu 1 jam, kalau lebih dari itu kita harus membayar kelebihan perjamnya, yang sayangnya saya lupa juga hehe..
Sungai Hijau Tosca
Sungai yang kami sebrangi airnya hijau tua, mungkin karena di dasar sungai tumbuh dengan subur lumut atau alga hijau. Sangat menenangkan memandangi airnya. Tidak lebih dari 15 menit kami sudah tiba di seberang. Berjalan kaki sebentar, lalu tadaaaaa.....kami bertemu dengan si curug yang menawan. Tidak sia-sia perjalanan kami dan biaya yang kami keluarkan untuk sampai ke Curug Cikaso ini. Ada 3 air terjun. Yang 2 debit airnya cukup banyak, sedankan yang tengah sangat kecil. Terima Kasih ya Alloh, hari itu langit biru bersih, dan warna telaga yang terbentuk oleh air terjun itu hijau tosca. Sangat indah..
Can you imagine swimin' in its tosca lake?
Gambar ini adalah 1 diantara 3 air terjun yang ada. Belum pernah saya lihat air terjun seindah ini. Subhanalloh...seperti yang ada di kalender-kalender saja. Di air terjun ini juga sering di jadikan tempat pre wedding oleh pasangan-pasangan yang akan menikah. Bersamaan dengan kami, ada sepasang calon pengantin yang sedang melakukan pre wedding di sana.
Memang tak salah jika mereka memilih lokasi eksotis ini sebagai tempat pengambilan foto prewedding.
Puas narsis dan bermain air sekedarnya (karena kami tidak menyiapkan pakaian ganti untuk sesi dadakan ini), kami beranjak dari Cikaso menuju Ujung Genteng.

Jalan masih tidak ramah dengan kelokan-kelokan tajamnya dan kadang bergelombang. Namun kami tetap menikmatinya sampai akhirnya kami bertemu tujuan utama yaitu Ujung Genteng. Penginapan telah kami pesan sebelumnya.
View depan penginapan
Cukup murah untuk sewa 1 hari 2 malam. Kalau tidak salah saat itu 350 ribu satu cottage sederhana. Pondok Adi itu nama penginapan kami. Berada di salah satu cottagenya yang bertajuk Ombak Tujuh, kamipun beristirahat sejenak setelah menurunkan barang-barang kami. Sampai sore kami masih bermalas-malasan di penginapan. Udara semilir angin laut membuat kami terlelap sedari siang tadi. The real holiday, karena sinyal telepon susah masuk. Jadi tidak ada gangguan dari klien atau media hahaha...


Sunset di ujung genteng
Sore itu kami berjalan-jalan di sekitar pantai depan penginapan kami saja. Foto-foto sepuasnya, bermain pasir dan sebelum maghrib kami sudah ada di penginapan lagi.
 Makan malam kami terpaksa hanya mie instant karena malam hari setelah maghrib hujan deras sekali disertai petir yang menyambar-nyambar. Padahal rencana kami malam itu adalah pergi ke penangkaran penyu. Malam itu ada pelepasan tukik (anak penyu). Terpaksa urung, karena kami memilih diam di pondokan. Saya dan 2 orang teman saya tak kuasa menahan kantuk, Mayin, mba Uswah dan mba Sulha mati gaya karena belum mengantuk dan tidak ada yang bisa di lakukan selain berbincang-bincang ngalor ngidul dengan topik yang tidak konstan. Pondokan kami minim fasilitas elektronik. Tidak ada televisi yang jelas. Hanya ada pemanas air di kamar mandi yang sederhana, namun bersih. 

Pantai Akuarium
Paginya kami mencoba peruntungan untuk melihat sunrise disalah satu jajaran pantai di Ujung Genteng ini. Belum mandi tak jadi masalah :D. Sayangnya kami tidak beruntung. Matahari bersembunyi di balik awan kelabu pagi itu. Pagi itu memang mendung di sertai gerimis tipis. Kami memutuskan untuk mencari pantai yang lain, dengan harapan tidak di guyur hujan.
Bening sekali kan??
Dengan medan yang agak berat karena jalan kampung berpasir yang belum teraspal pelan-pelan mobil merayap menyusuri pinggiran pantai. Bertanya sana sini lagi, kami bertemu dengan pantai yang menurut kami adalah Pantai Akuarium seperti yang kami lihat di internet sebelum kami memulai perjalanan ini. Mengapa kami mengira begitu? Karena tidak ada satupun papan nama di pantai itu yang menunjukkan bahwa pantai itu bernama pantai Akuarium. Tapi pemandangan di sana jelas menguatkan keyakinan kami bahwa inilah pantai akuarium yang ada di internet. Dengan jelas kami melihat karang-karang di perairan dangkal membentuk pola-pola abstrak yang tidak konstan, membentuk separasi-separasi kecil yang didalamnya terperangkap ikan-ikan kecil berwarna-warni, melenggak lenggok indah. Dalam satu separasi itu tidak tentu isinya, ada yang 1 bahkan ada yang lebih dari 3 ekor. Selain ikan, terkadang ada bintang laut yang terdampar dan terperangkap di salah satu blok karang. Airnya sangat jernih sehingga kami sangat girang menikmati keindahan alam ini. Subhanalloh...!
 
Pelabuhan Ratu

Bersama kerbau di Pelabuhan Ratu

Puas dari sana, kami pulang ke pondok, kembali melewati medan berat. Mobil keluarga yang kami tumpangi plus sopir yang andal a.k.a kk mayin melaju dengan tenang. Sesampai di pondok, kami berkemas untuk pulang agar tidak kemalaman di jalan.
Saat kami melaju dalam perjalanan pulang, tiba-tiba terlontar ide untuk belok ke pelabuhan ratu. Jadilah kami belok ke Pelabuhan Ratu. Makan siang sederhana di pinggir pantai, minum es kelapa muda hmmmm...nikmat sekali..
Sebelum mentari beristirahat, kami berkemas pulang. Alhamdulillah...perjalanan ini sungguh sangat membuat pikiran kami sedikit tersegarkan :) .